Menziarahi Perempuan

Jika manusia pertama yang diciptakan Allah adalah perempuan, apakah situasi bumi ini akan berbeda?

Pertanyaan itu terlontar bukan tanpa alasan. Hingga kini, diskriminasi terhadap perepuan masih dapat dengan mudah ditemukan. Perusahaan membedakan jumlah gaji antara pegawai laki-laki dan perempuan. Sejumlah Peraturan Daerah (Perda) di Indonesia terang-terangan mendiskreditkan perempuan, misalnya Perda tentang keperawanan. Banyak pekerja perempuan (khususnya Pekerja Rumah Tangga) tidak mendapat perlindungan hukum, sehingga rentan terhadap kekerasan. Bayi-bayi perempuan bahkan kerap dibenci karena tradisi atau kebijakan negeri. Bayi-bayi itu digugurkan dalam kandungan, atau dibuang sesudah dilahirkan.

Apa yang salah tentang perempuan?

Perempuan dan Karya Keselamatan Allah
Kalau kita kembali pada awal mula penciptaan dunia dan manusia, perempuan diciptakan sebagai penolong yang sepadan (lih. Kejadian 1: 20-23). Sepadan mempunyai arti bernilai sama atau sebanding. Jika pada awalnya laki-laki dan perempuan bernilai sama, mengapa kemudian nilainya tak lagi sama?

Tampaknya, bukan hal yang mudah untuk menjawabnya. Perjalanan perempuan adalah riwayat peradaban. Upaya menjawab pertanyaan demi pertanyaan, adalah upaya untuk menziarahi kehidupan. Dalam ziarah, ada proses refleksi dan pengingatan (mengingat panggilan Sang Pencipta bagi manusia). Dalam ziarah, juga ada niat untuk menyucikan diri (menyelaraskan diri dengan kehendak Allah). Menziarahi perempuan berarti mempersoalkan berbagai hal yang dialami perempuan dan mempertanyakannya: ke-semua itukah panggilan dan kehendak Allah bagi perempuan?

Umat Katolik mengenal Perawan Maria sebagai Bunda Penebus. Melalui Maria, seorang perempuan, karya keselamatan Allah diwujudkan. Itulah harapan bagi dunia yang kian rapuh dan renta.

Kini, melalui bilur-bilur dan derita perempuan, panggilan bagi karya keselamatan Allah pun kembali diwartakan. Selama perempuan masih mengalami diskriminasi, perlakuan tak adil, kekerasan dan aneka perlakuan yang merendahkan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Allah, selama itulah dunia ini, juga kita semua, belumlah sampai pada tujuan penciptaan yang mulia. Wajah perempuan adalah wajah Allah juga. Mencoreng wajah perempuan berarti mencoreng wajah Allah sendiri. Mengabaikan perempuan adalah mengabaikan Allah juga.

Hari Perempuan Indonesia diperingati setiap 9 Maret. Inilah kesempatan yang baik bagi kita untuk merefleksikan perjalanan perempuan, yang berarti juga, perjalanan kita. (Helena D. Justicia)

Sumber: http://www.parokimbk.or.id/warta-minggu/artikel/06-03-2011/menziarahi-perempuan/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Kartini

SILENCE DAN ALLAH YANG MELAWAN ALLAH

Selama Kita (Masih) Manusia...