Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Pencitraan

Kata ‘pencitraan’ begitu akrab dengan pemahaman kita akhir-akhir ini, terutama jika dikaitkan dengan tingkah polah para figur publik. Pencitraan itu sendiri, kendati belum menjadi bentuk baku dari bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai ‘usaha untuk menonjolkan citra terbaik di mata publik’ (versierepublik.com). Terlepas dari soal baku-tidaknya, usaha itulah yang tampak dilakukan oleh para tokoh publik di negeri ini. Di tengah kabar miring tentang para figur publik, terutama yang menyoal absennya mereka di tengah masa sidang hingga sensasionalitas gratifikasi seksual, dari masalah ribet -nya birokrasi hingga korupsi triliunan rupiah, rakyat masih mendapat suguhan informasi tentang figur publik yang tak ragu nyemplung ke gorong-gorong air atau menghadang arogansi para pengusaha besar yang memiskinkan rakyat. Dari beragam informasi itu pun rakyat mafhum: ada figur yang bekerja benar-benar, ada yang bisanya hanya omong besar. Yang kerap omong besar itulah yang kerap ditengarai melaku

Kasih Yang Sempurna

Halim nama lelaki itu. Empat puluh dua tahun usianya, ketika ia tergolek lemah di atas pem­baringan RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Kanker liver stadium akhir, begitu informasi yang diberikan dokter. Istrinya, Nuning, serta kedua anak balitanya, Filo dan Sofi, tidak mengeta­huinya. Mereka hanya mengerti bahwa Ayah Halim sedang sakit, dan perlu didoakan supaya lekas sembuh. Nuning, Filo dan Sofi tidak sendirian. Kabar menyebar dengan cepat, menggugah para sahabat untuk men­jenguk dan menjagai Halim secara bergantian. Sejumlah kawan mengupayakan pengobatan gratis, serta dana untuk membiayai keperluan yang harus dibayar. Ada juga yang menyediakan tempat menginap bagi Nuning dan anak-anaknya, karena pergi-pulang RSCM-Bekasi bukan hal yang mudah untuk dijalani setiap hari. Halim sendiri, kendati tak menge­tahui dengan pasti, menyadari bahwa banyak hal dilakukan untuknya. Tak henti-henti ia mengucapkan terima kasih dengan lemah dan terbata-bata, melalui bibirnya yang kering dan

Manusia Diciptakan Bukan Untuk Dihilangkan

Gambar
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) melansir, sejak 1965 sampai dengan tahun 2003 saja, sebanyak 1.292 orang hilang di Indonesia. Mereka hilang dalam berbagai peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas politik maupun keagamaan. Hilang Sebagai Sebuah Kemungkinan Angka 1.292 bukanlah bilangan yang kecil, apalagi jika jumlah itu digunakan untuk menghitung orang. Mengapa orang perlu hilang? Lalu siapa yang ingin menghilangkan orang, dan untuk alasan apa? Pertanyaan-pertanyaan itu, barangkali bermunculan di benak kita. Agak susah tampaknya untuk mencoba memahami, bahwa seseorang diciptakan Tuhan untuk kemudian dihilangkan begitu saja. Karena itulah, penghilangan orang secara paksa merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan merupakan pelanggaran berat hak asasi manusia (HAM). Dalam kehidupan bernegara, orang dapat dihilangkan dikarenakan aktivitasnya dianggap mengancam kekuasaan. Bisa juga, orang itu dianggap mempunyai informasi yang membahayakan, at

Menolak Martabat Manusia Sebagai Tanda Bayar Yang Sah

SALAM BAHAGIA. SEMOGA TEMPAT USAHA/KARIER ANDA SUKSES SELALU" AMIEN. DANA TUNAI/KTA (KREDIT TANPA AGUNAN) 30-200 JUTA PROSES CEPAT HUB: ANDI 021-99919999. TQ. SMS semacam itu marak sekali di dalam kehidupan kita; pagi, siang, sore bahkan membangunkan kita dari tidur malam. Yang butuh informasi itu tentu akan menyimpannya. Yang tidak butuh, bisa langsung menghapus atau malah menyempatkan diri menyumpah-nyumpah. Saking seringnya beredar, SMS macam itu tak lagi informatif karena telah dianggap mengganggu. Belakangan, SMS saja tak cukup hingga pengguna telepon mulai diteror oleh telemarketer. Bank Indonesia (BI) pun melansir nomor 085888509797 sebagai jalur aduan. Berdasarkan pengaduan masyarakat, pihak BI akan menginvestigasi nomor kontak pengirim SMS atau penelepon. Tak hanya pesan via telepon, tepi-tepi jalan pun kini makin marak dengan kantor-kantor kecil berpintu lebar berspanduk besar bertuliskan misalnya: DANA EXPRESS 10 JUTA S.D. 1 MILIAR. JAMINAN BPKB MOBIL. SYA

Menziarahi Perempuan

Jika manusia pertama yang diciptakan Allah adalah perempuan, apakah situasi bumi ini akan berbeda? Pertanyaan itu terlontar bukan tanpa alasan. Hingga kini, diskriminasi terhadap perepuan masih dapat dengan mudah ditemukan. Perusahaan membedakan jumlah gaji antara pegawai laki-laki dan perempuan. Sejumlah Peraturan Daerah (Perda) di Indonesia terang-terangan mendiskreditkan perempuan, misalnya Perda tentang keperawanan. Banyak pekerja perempuan (khususnya Pekerja Rumah Tangga) tidak mendapat perlindungan hukum, sehingga rentan terhadap kekerasan. Bayi-bayi perempuan bahkan kerap dibenci karena tradisi atau kebijakan negeri. Bayi-bayi itu digugurkan dalam kandungan, atau dibuang sesudah dilahirkan. Apa yang salah tentang perempuan? Perempuan dan Karya Keselamatan Allah Kalau kita kembali pada awal mula penciptaan dunia dan manusia, perempuan diciptakan sebagai penolong yang sepadan (lih. Kejadian 1: 20-23). Sepadan mempunyai arti bernilai sama atau sebanding. Jika pada awal