Kasih Yang Sempurna
Halim nama lelaki itu. Empat puluh dua tahun usianya, ketika ia tergolek lemah di atas pembaringan RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Kanker liver stadium akhir, begitu informasi yang diberikan dokter. Istrinya, Nuning, serta kedua anak balitanya, Filo dan Sofi, tidak mengetahuinya. Mereka hanya mengerti bahwa Ayah Halim sedang sakit, dan perlu didoakan supaya lekas sembuh. Nuning, Filo dan Sofi tidak sendirian. Kabar menyebar dengan cepat, menggugah para sahabat untuk menjenguk dan menjagai Halim secara bergantian. Sejumlah kawan mengupayakan pengobatan gratis, serta dana untuk membiayai keperluan yang harus dibayar. Ada juga yang menyediakan tempat menginap bagi Nuning dan anak-anaknya, karena pergi-pulang RSCM-Bekasi bukan hal yang mudah untuk dijalani setiap hari. Halim sendiri, kendati tak mengetahui dengan pasti, menyadari bahwa banyak hal dilakukan untuknya. Tak henti-henti ia mengucapkan terima kasih dengan lemah dan terbata-bata, melalui bibirnya yang kering dan...